Entri Populer

Jumat, 07 Desember 2012

bulan muharam dan puasa pada hari asyura


Bulan Muharam dan Puasa Pada Hari Asyura

 
Bulan Muharam merupakan bulan yang mulia dalam islam dan salah satu dari bulan haram yang empat, yaitu Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab sebagaimana Allah Subhaanahu wata’ala berfirman :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (Qs. At-Taubah : 36)
Namun sangat disayangkan sebagaian kaum  muslimin melakukan perkara-perkara yang tidak diajarkan dalam agama kita yang terkait dengan bulan Muharram, seperti mengerjakan/mengkhususkan shalat khusus pada hari itu, dan amalan-amalan yang tidak benar lainnya. 
Dan diantara perkara bathil juga adalah menjadikan hari Asyura sebagai hari bersedih dalam rangka memperingati terbunuhnya Husain bin Ali Rahiyallahu anhu, hal ini adalah perbuatan bid’ah mungkar (perkara yang di ada-adakan dalam agama) yang dilakukan oleh kaum Syi’ah Rafidhah.
Yang perlu diketahui oleh kaum muslimin bahwa perkara yang disyariatkan atau  disunnahkan (dianjurkan) pada bulan Muharram adalah berpuasa pada hari kesepuluh dari bulan Muharram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa hari asyura (hari kesepuluh) beliau menjawab,

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Ia menghapus dosa setahun sebelumnya.”(HR. Muslim)
Inilah amalan yang sudah seyogya dilakukan oleh kaum muslimin, bukan amalan-amalan yang lainnya yang tidak ada contoh/tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sudah seyogyanya setiap muslim untuk berpuasa pada hari kesepuluh dan hari kesembilan dengan tujuan menyelisihi kebiasaan kaum Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dimana beliau menuturkan:

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ». قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم

“Ketika Rasulullah berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu, para shahabat berkata: ‘wahai Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam sesungguhnya hari itu hari yang di agungkan oleh orang yahudi dan nashrani’, maka  Rasulullah shallallahi alihi wasallam bersabda, “jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan.” Berkata (Ibnu Abbas), tidak sampai tahun depan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sudah wafat.” (HR. Muslim)
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Zaadul Ma’ad menjelaskan bahwa puasa asyura mempunyai tiga tingkatan, yang paling sempurna berpuasa sebelum dan sesudahnya (tiga hari, tanggal 9,10 dan 11), tingkatan kedua berpuasa pada tanggal 9 dan 10,  dan tingkatan ketiga pada tanggal 10 saja. Oleh karena itu wahai saudaraku jangan melewati bulan Muharram dengan tanpa melaksanakan puasa pada hari asyura, dan yang utama dengan berpuasa pada tanggal sembilan, sepuluh dan sebelas. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita untuk melakukan amalan shalih.
(Banyak mengambil faedah dari kitab Durusul ‘Aam, Syaikh Abdul Malik Al-Qasim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar